Metro, mediakritis.com – “Katanya dapat ratusan penghargaan, tapi kenapa jalanan masih ada yang rusak berlubang, drainase tidak berfungsi dengan baik, jika malam banyak jalanan tanpa penerangan, katanya Kota ?,” begitulah pertanyaan seorang pengemudi Ojek Online (Ojol) mengawali percakapan dengan saya malam itu di salah satu cafe baru di Metro.
Dari pertanyaan itu, naluri jurnalis saya membara , apa yang harus saya perbuat dengan adanya keluhan warga satunya dari ojol yang identitasnya tidak ingin di cantumkan.
Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi, bukankah sepatutnya pemangku jabatan tahu jeritan hati masyarakat bawah.
Cerita ratusan penghargaan yang diklaim pemerintah dan fenomena Jalan rusak di Metro menjadi diskusi kami malam itu. Yang menjadi pertanyaan besar “Ada ratusan penghargaan yang di peroleh pemerintah Kota Metro apa artinya? Lalu infrastruktur yang sedang terbengkalai apakah ini menjadi prestasi unggulannya ?
Bagaimana dengan misi dan visi yang terpampang, apakah hanya sebatas kalimat yang berhias untuk merayu simpatisan masyarakat?
Sebenarnya seorang ojol itu geram dengan pemerintahan yang di pimpin oleh bapak dr.Wahdi ,Sp.OG (K) dan Drs. Qomaru Zaman ,M.A . Namun apa daya, saya hanyalah masyarakat kecil yang tidak mungkin terdengar oleh pemangku kekuasaan, mereka kerja di ruangan terfasilitasi oleh Negara,”pungkasnya .
Begitulah cerita pilu dari Pak Ojol, tentunya saya miris menjadi saksi pilu kala malam itu . Saat waktu yang bersamaan bapak terhibur dengan adanya konten yang di up oleh salah satu content creator di aplikasi tiktok, menceritakan keberhasilan salah satu paslon selama menjabat sebagai Wali dan Wakil Walikota Metro. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.
Saya bertanya padanya, apa yang membuat bapak begitu kesal dengan konten tersebut. Beliau tertawa terbahak dengan adanya berita ratusan penghargaan, dia menjawab bahwa ratusan penghargaan itu untuk siapa? Tidak sesuai dengan fakta di lapangan, yang mana pada masa kepemimpinannya justru banyak jalan yang berlubang disuguhkan untuk rakyat.
“Hahahaha, ini lucu sekali. Dapat penghargaan banyak banget tapi seperti nggak ada gunanya, kita aja tiap nganterin orderan masih harus ngeluarin banyak biaya untuk dandan motor,” kata dia.
Pertanyaan yang menohok itu menurut saya menjadi tamparan keras bagi pemangku kebijakan sebelumnya.
Tentunya dalam momentum Pilkada ini, saya selaku jurnalis menghimbau kepada masyarakat gunakan hak pilih dengan cermat dan tidak terjebak pada pilihan yang salah.
Metro merupakan kota metropolitan yang berdidikasi menjadi kota pendidikan, dimana banyak anak bangsa yang tercetak menjadi generasi unggul kelak di Kota Metro. Sehingga yang harus menjadi contoh bagi kota/kabupaten lainnya.
Pertanyaan lain yang disampaikan oleh bapak Ojol terkait dengan apakah penghargaan bisa dibeli?, tentunya itu menjadi PR bagi saya untuk melakukan investigasi terhadap dugaan tersebut.
Trend penghargaan pada masa pemerintahan salah satu paslon itu tentunya saya pikir harus juga dilihat dampaknya terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Apa yang didapat masyarakat dari award ratusan penghargaan tersebut.
Sebagai wartawan, diskusi semacam ini menjadi cambuk penyemangat saya untuk menghasilkan karya-karya jurnalistik yang bermanfaat dan berdampak bagi masyarakat untuk kedepannya.
Berkaitan dengan politik dan Pilkada Metro 2024, pilihan ada di tangan rakyat kita serahkan semua kepada masyarakat. Siapapun yang nantinya akan memimpin Metro, baik pasangan Mubaraq maupun pasangan WaRu itulah kehendak dari masyarakat.
Namun , jadikan pesta demokrasi ini sebagai awal dari langkah perubahan yang jauh lebih baik .
Diskusi kami malam itu berakhir dan kami tutup dengan harapan, siapapun yang nantinya akan memimpin memperbaiki Kota Metro khususnya menjadikan jalanan di Metro mulus seperti periode-periode yang lalu sebelum WaRu. (Red)